Minggu, 09 Maret 2014

Kepergian mu

Kepergian Mu

Angin akan berhenti pada daun
Burung-burung pun akan kehilangan nyanyian
Seperti itu kepergianmu tanpa peduli pada diriku…
Dalam diam tak mengerti
Apakah seperti ini cinta dilahirkan???
Apakah seperti ini kita dipertemukan???
Semua itu adalah misteri
Lalu…
Akankah ada yang bangkit kembali???
Akankah ada yang mekar kembali???
Cinta dan harapan yang sempat mati
Sebuah jasad tanpa nyawa
Sebuah cinta tanpa kasih
Itulah misteri dan itulah kepergianmu


Created by,

Wahyudin Haris

Perpisahan di Kala Senja

Perpisahan di Kala Senja
Created by,
Wahyudin Haris
Diantara kita masih ada cinta
Namun kita takkan mungkin bersatu
Diantara kita masih ada kasih
Namun kita takkan mungkin bersama
Diantara cinta dan kekaguman
Selalu ada perbedaan kekuatan
Jarak yang memisahkan itu terlalu kuat
Tak dapat tertembus pedang cinta
Dari hati masih ada cinta
Namun semua tinggal kenangan
Karena cinta tak harus memiliki
Tak selamanya bersatu
Namun jadi pelipur nan lara

Terakhir Kali

Terakhir Kali
 by: Wahyudin Haris
Cinta mungkinkah kau kan pergi
Meninggalkanku tetap disini
Izinkan ku memeluk dirimu untuk yang terakhir kali

Cinta mungkinkah kau pergi
Pergi jauh dari hidupku…

Kasih, mungkinkah kau kan datang menemaniku saat ku sendiri
Kasih, mungkinkah kau kan kembali bersamaku lagi
Dan izinkan ucapkan harapan agar kau tak pernah pergi lagi.. oo..ohh..


Sabtu, 08 Maret 2014

Pembuktian Sifat-sifat dari Grup ( G )

NAMA              :  WAHYUDIN HARIS
NIM                 :  1211041003
PRODI              :  PENDIDIKAN MATEMATIKA
MATA KULIAH :  STRUKTUR ALJABAR I / TUGAS II
KELAS              :  A1

BUKTIKAN LEMMA 2.3.1  Jika G adalah grup, maka
1      1.    Unsur identitas suatu grup adalah tunggal.
2    2.   Untuk setiap a elemen G mempunyai invers tunggal di G.
3    3.   Untuk setiap a elemen G  , ( a-1 )-1 = a.
    4.  Untuk semua a, b elemen G  , berlaku ( ab )-1  = b-1 . a-1.

Bukti :
1.   1.   Misalkan G adalah grup. Misalkan pula e dan e’ adalah unsur identitas di G, akan ditunjukkan bahwa e=e’.
Karena, e unsur identitas di G dan e' elemen G  , maka e.e’ = e’.e = e’.  Juga e’ unsur identitas di G dan e elemen G  , maka e’.e = e.e’ = e.
Jadi e = e’.e = e.e’ = e’
Dengan demikian terbukti bahwa unsur identitas suatu grup adalah tunggal.

2.  2,    Misalkan G adalah grup, dan e unsur identitas di G.
Ambil a elemen G   sembarang.
Misalkan pula b dan c invers dari a.
Akan ditunjukkan b = c.
Karena b invers dari a, maka ba = ab = e..................................................(i)
            c invers dari a, maka ca = ac = e...................................................(ii)
dari (ii) diperoleh b(ac) = be = b (karena e identitas)
Jadi b(ac) = b..............................................................................................(iii)
Juga dari (i) diperoleh (ba)c = ec = c (karena e identitas).
Jadi (ba)c = c...............................................................................................(iv)
Karena grup memenuhi sifat asosiatif, maka dari (iii) dan (iv) diperoleh b = b(ac) = (ba)c = c. ini berarti invers dari a tunggal.
Karena a dipilih sembarang dari anggota G, maka disimpulkan bahwa setiap anggota G mempunyai invers tunggal di G.

3.        3.  Jika a elemen G (G grup) dan a sembarang di G.
Misalkan a-1 adalah invers dari a, maka (a-1)-1 = a. (sifat ini yang akan ditunjukkan).
Misalkan e elemen G, e adalah unsur identita, karena a-1 adalah invers dari a, maka
a-1.a = a.a-1 = e
Pandang  a-1.a             = e
              (a-1)-1 (a-1.a) = (a-1)-1 e                      [ kedua ruas dikalikan dengan (a-1)-1 ]
          [ (a-1)-1 (a-1) ]a  = (a-1)-1                         [ hukum asosiatif ]
                              e.a = (a-1)-1                         [(a-1)-1 (a-1) = e ]
                                 a = (a-1)-1
Selanjutnya pandang juga  a.a-1 = e
                           (a.a-1) (a-1)-1 = e (a-1)-1                      [ kedua ruas dikalikan dengan (a-1)-1 ]
                       a[ (a-1) (a-1)-1 ]  = (a-1)-1                                                 [ hukum asosiatif ]
                                          a.e  = (a-1)-1                                                 [(a-1)-1 (a-1) = e ]
                                            a  = (a-1)-1
Oleh karena itu terbukti bahwa  (a-1)-1 = a.

4.      Misalkan e unsur identitas di G, dan a, b anggota sembarang di G. Akan ditunjukkan
( ab )-1 = b-1 . a-1.
Hal ini ekivalen jika ditunjukkan (ab) ( b-1 . a-1 ) = ( b-1 . a-1 ) (ab) = e.
Untuk itu pandang

            (ab) ( b-1 . a-1 ) = [ (ab) (b-1)-1 ]a-1         [ asosiatif ]
                                    = [ a(bb-1) ]a-1              [ asosiatif ]
                                    = (ae) a-1                      [ bb-1 = e ]
                                    = a a-1                          [ a.e = a ]
                                    = e                               [ a a-1 = e ]

Pandang pula

            ( b-1 . a-1 ) (ab) = [ ( b-1 . a-1 ) a ]b         [ asosiatif ]
                                    = [ b-1 (a-1a) ]b             [ asosiatif ]
                                    = (b-1 e)b                      [ a-1 a = e ]
                                    = b-1 b                          [ b-1 e = b-1 ]
                                    = e                               [ b-1 b = e ]
Jadi (ab) ( b-1 . a-1 ) = ( b-1 . a-1 ) (ab) = e.  Ini berarti ( ab )-1 = b-1 . a-1.






Contoh Fungsi Injektif, Surjektif dan Bijektif

NAMA            :  WAHYUDIN HARIS
NIM                :   1211041003
PRODI           :   PENDIDIKAN MATEMATIKA
KELAS           :    A1

SOAL :
Buatlah masing-masing dua buah relasi atau pemetaan yang merupakan fungsi, Fungsi Satu-Satu, dan Fungsi Pada dan beri penjelasan secukupnya.
PENYELESAIAN :
A.           FUNGSI
Fungsi dari himpunan A ke himpunan B adalah relasi yang menghubungkan setiap anggota himpunan A dengan tepat satu anggota himpunan B.
Misalkan A dan B himpunan. Relasi biner f dari A ke B merupakan suatu fungsi jika setiap elemen di dalam A dihubungkan dengan tepat satu elemen di dalam B. Jika f adalah fungsi dari A ke B kita menuliskan f : A  ->  B yang artinya f memetakan A ke B. A disebut daerah asal (domain) dari f dan B disebut daerah hasil (Kodomain) dari f. Nama lain untuk fungsi adalah pemetaan atau transformasi. Kita menuliskan f(a) = b jika elemen a di dalam A dihubungkan dengan elemen b di dalam B.

Contoh 1 :                                                                   
            Relasi f = {(1, u), (2, v), (3, w)} dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w} adalah fungsi dari A ke B. Di sini f(1) = u, f(2) = v, dan f(3) = w. Daerah asal dari f adalah A dan daerah hasil adalah B. Jelajah dari f adalah {u, v, w}, yang dalam hal ini sama dengan himpunan B.
            Relasi di atas merupakan suatu fungsi sebab daerah asal dari f yaitu A = {1, 2, 3} memiliki tepat satu pasangan pada daerah kawan dari f yaitu B = {u, v, w}. Yang mana sesuai dengan definisi fungsi.
            Contoh 2 :
Relasi f = {(1, u), (2, u), (3, v)} dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w} adalah fungsi dari A ke B, meskipun u merupakan bayangan dari dua elemen A. Daerah asal fungsi adalah A, daerah hasilnya adalah B, dan jelajah fungsi adalah {u, v}.
Relasi di atas merupakan suatu fungsi, meskipun anggota daerah asal dari f yaitu A = {1, 2, 3} memiliki pasangan yang sama pada daerah kawan dari f yaitu B = {u, v, w} namun masih dapat dikatakan suatu fungsi. Selama anggota dari daerah asal memiliki tepat satu pasangan pada daerah kawan maka dapat dikatakan sebagai suatu fungsi.

B.            FUNGSI INJEKTIF ( SATU-KE-SATU )
Fungsi f disebut fungsi satu-satu (one-to-one) atau injektif jika semua preimage adalah unik. Dengan kata lain, jika a ≠ b maka f (a) ≠ f (b).  Atau jika a = b maka f (a) = f (b). 
Fungsi f dikatakan satu-ke-satu (one-to-one) atau (injective) jika  tidak  ada  dua  elemen himpunan memiliki bayangan sama.

Contoh 1 :
Relasi f = {(1, w), (2, u), (3, v)} dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w, x} adalah fungsi satu-ke-satu. Di sini f(1) = w, f(2) = u, dan f(3) = v. Daerah asal dari f adalah A dan daerah hasil adalah B. Jelajah dari f adalah {u, v, w}, yang dalam hal ini anggota dari himpunan B. Mengapa dikatakan fungsi satu-ke-satu? Karena, anggota daerah asal dari f adalah A memiliki tepat satu pasangan pada daerah kawan dari f adalah B. Dan tidak ada dua  elemen himpunan A yang memiliki bayangan yang sama pada himpunan B.

Contoh 2 :
Misalkan f : Z    ->   Z.. Tentukan apakah f(x) = x – 1 merupakan fungsi satu-ke-satu?
Solusi :
Berdasarkan definisi, Fungsi f disebut fungsi satu-satu (one-to-one) atau injektif jika semua preimage adalah unik. Dengan kata lain, jika a ≠ b maka f (a) ≠ f (b).  Atau jika a = b maka f (a) = f (b).
f(x) = x – 1 adalah fungsi satu-ke-satu karena untuk a ≠ b, maka
a – 1 ≠ b – 1. Misalnya untuk x = 2, f(2) = 1 dan untuk x = -2, f(-2) = -3.

C.            FUNGSI SURJEKTIF ( PADA / ONTO )
Fungsi f dikatakan surjektif (surjective) atau pada (onto) jika setiap elemen himpunan B merupakan bayangan dari satu atau lebih elemen himpunan A.
Fungsi f disebut fungsi pada (onto) atau surjektif jika setiap y pada B memiliki preimage. Dengan kata lain, untuk setiap y dalam B terdapat sebuah x dalam A demikian hingga f (x) = y.

Contoh 1 :
Relasi f = {(1, w), (2, u), (3, v)} dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w} merupakan fungsi pada karena semua anggota B merupakan jelajah dari f. Selain itu anggota daerah asal dari f adalah A memiliki tepat satu pasangan pada daerah kawan dari f adalah B.

Contoh 2 :

Misalkan f : Z   ->    Z.. Tentukan apakah f(x) = x – 1 merupakan fungsi onto atau surjektif?
Solusi :
Berdasarkan definisi, Fungsi f disebut fungsi pada (onto) atau surjektif jika setiap y pada B memiliki preimage. Dengan kata lain, untuk setiap y dalam B terdapat sebuah x dalam A demikian hingga f (x) = y.
f(x) = x – 1 adalah fungsi pada karena untuk setiap bilangan bulat y, selalu ada nilai x yang memenuhi, yaitu y = x – 1 akan dipenuhi untuk x = y + 1.

THANKS



Tata Cara Penyusunan dan Pengembangan Paragaraf yang Baik

BAHASA INDONESIA
TAT CARA PENYUSUNAN DAN PENGEMBANGAN
PARAGRAF YANG BAIK


OLEH:
                                   
WAHYUDIN HARIS (1211041003)
                                                   WAIZ AL QARNI      (1211042001)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR

Asslamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur senantiasa selalu penulis panjatkan kehadirat Allah Swt., Karena atas limpahan rahmat, nikmat dan hidayah-Nyalah maka makalah ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Selawat dan salam kita haturkan kepada Muhammad Shallahu Alaihi wa Sallam insan kamil sosok sempurna di muka bumi yang membimbing kita kearah yang lebih baik dari sebelumnya.
Makalah ini disusun untuk diajukan sebagai tugas Mata Kuliah Umum Bahasa Indonesia yang membahas mengenai Tata Cara Penyusunan dan Pengembangan Paragraf yang Baik.
Semoga makalah sederhana ini mampu mewadahi beberapa manfaat sesuai tujuan penyusunannya. Salah satunya yaitu mampu memperdalam pengetahuan dan menambah wawasan penyaji dan pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
Makassar, 29 Mei 2013
Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................           i
Kata Pengantar........................................................................................         ii
Daftar Isi....................................................................................................         iii
BAB  I     Pendahuluan
A.   Latar Belakang .................................................................           1
B.   Rumusan Masalah ..........................................................          1
C.   Tujuan Penulisan ............................................................         2
BAB  II    Pembahasan
A.   Pengertian Paragraf ........................................................         3
B.   Tata Cara Penyusunan Paragraf...................................         4
C.   Teknik Pengembangan Paragraf...................................         7
BAB  III   Penutup
A.   Kesimpulan........................................................................       14
B.   Saran...................................................................................       15
Daftar Pustaka ........................................................................................       16














BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
       Kemampuan berbahasa erat kaitannya dengan kemampuan bernalar. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seeorang bernalar, semakin cerah dan jelas jalan pikirannya. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang  sistematis. Demikian juga halnya dengan kemampuan menulis. Kemampuan menulis bukanlah kemampuan yang diwariskan secara turun-temurun, tetapi merupakan hasil proses belajar-mengajar dan ketekunan berlatih. Kemampuan ini berhubungan erat dengan kemampuan membaca. Penulis yang baik biasanya juga pembaca yang baik.
Kemampuan menerapkan Ejaan Yang Disempurnakan, memilih kata yang tepat membuat kalimat efektif, belum sepenuhnya menjamin seseorang mampu menulis. Dalam menuangkan gagasan atau pikiran, kita dituntut mampu menghubungkan kalimat dengan kalimat dalam satu kesatuan yang padu. Hubungan itu menyatakan kesatuan yang diikat oleh stuktur bahasa dan kesatuan yang logis. Dalam tulis menulis atau karang-mengarang, ikatan ini dilahirkan dalam bentuk paragraf.
B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan dalam makalah ini, yaitu:
1.      Apakah pengertian dari paragraf?
2.      Bagaimana tata cara penyusunan paragraf yang baik?
3.      Bagaimana teknik pengembangan paragraf yang baik?
C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan masalah yang dirumuskan di atas, maka penulis dapat menuliskan tujuan makalah ini, yaitu:
1.      Untuk mengetahui pengertian dari paragraf.
2.      Untuk mengetahui cara menyusun atau menulis paragraf dengan baik.
3.      Untuk mengetahui cara mengembangkan suatu paragraf dengan baik.










BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Paragraf
Paragraf merupakan perpaduan beberapa kalimat yang memiliki satu kesatuan ide pokok (Anshari dkk, 2011 : 62).
Paragraf merupakan konsep dasar dalam penulisan sebuah karangan. Dalam sebuah paragraf terdapat sebuah ide pokok yang didukung oleh seluruh kalimat dalam paragraf tersebut. Mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama, kalimat penjelas sampai kalimat penutup. Keseluruhan  kalimat ini saling berkaitan satu sama lain dalam membentuk sebuah karangan dengan sebuah gagasan (Akhadiah, 1998 : 144).
Definisi lain tentang paragraf ialah unit terkecil dalam penyusunan sebuah karangan. Sebagai unit terkecil, paragraf memiliki suatu gagasan utama. Gagasan utama inilah yang disusun oleh kalimat-kalimat yang membentuk paragraf itu (Munir K, 2008 : 86).
Pengertian sebuah paragraf juga dapat ditinjau dari dua sisi, yakni isi dan struktur. Ditinjau dari isi, paragraf merupakan suatu kalimat tentang suatu gagasan utama yang disusun secara detail dan merupakan  satu kesatuan. Ditinjau dari sisi struktur, paragraf merupakan gabungan beberapa kalimat yang saling berhubungan dan diatur menurut kronologisnya (Said D.M, 2011 : 55).
B.    Tata Cara Penyusunan Paragraf
Sebelum mengembangkan sebuah paragraf menjadi sebuah karangan yang baik, terlebih dahulu harus mengetahui dan memerhatikan tata cara atau teknik penyusunan paragraf yang baik. Adapun tata cara yang dimaksud ialah:
1.  Kesatuan
Sebuah paragraf dikategorikan sebagai paragraf yang baik apabila memenuhi syarat kesatuan ini. Maksudnya tiap paragraf hanya memiliki satu ide pokok atau gagasan utama, yang diikuti oleh gagasan penjelas atau pengembang. Fungsi paragraf ialah mengembangkan ide pokok atau topik tersebut. Oleh karena itu, dalam penyusunannya tidak boleh terdapat hal-hal yang sama sekali tidak berkaitan dengan ide pokok tersebut. Jadi, sebuah paragraf hanya dapat memiliki satu ide pokok. Setiap kalimat dalam paragraf tersebut harus ada kaitannya dengan ide pokok tersebut (Akhadiah, 1998 : 148).
Sebuah paragraf dikatakan memiliki kesatuan, apabila kalimat-kalimat dalam paragraf tersebut tidak melenceng atau keluar pada gagasan utama atau selalu relevan dengan topik (Akhadiah, 1998 : 148).
2.  Kepaduan atau Korehensi
Kriteria kedua yang harus dimiliki oleh sebuah paragraf ialah korehensi atau kepaduan. Sebuah paragraf bukanlah merupakan gabungan kalimat yang berdiri sendiri atau terlepas, tetapi dibentuk oleh kalimat-kalimat yang memiliki kaitan yang erat atau timbal-balik. Kepaduan dapat tercapai jika jalinan kalimat-kalimatnya terangkai dengan rapi dan sistematis. Sehingga pembaca dengan mudah mengerti dan selaras dengan jalan pikiran penulis tanpa ada masalah atau rintangan karena adanya suatu hal yang membingungkan. Jadi, kepaduan atau korehensi dititik beratkan atau berfokus pada hubungan antara kalimat dengan kalimat (Akhadiah, 1998 : 150).
Kepaduan dalam sebuah paragraf dibentuk dengan memperhatikan:
1)  Unsur kebahasaan yang digambarkan dengan:
a.    Pengulangan kata kunci
b.    Kata ganti
c.    Kata transisi dan
d.    Paralelisme.
2)  Pemerincian dan urutan isi paragraf ( Akhadiah, 1998 : 150).


3.  Kelengkapan
Kriteria selanjutnya dalam penyusunan sebuah paragraf yang baik adalah memerhatikan kelengkapan kalimat. Sebuah paragraf dianggap lengkap, apabila mengandung kalimat-kalimat pengembang yang cukup untuk memperjelasan kedudukan kalimat utama. Akan tetapi sebuah paragraf dapat pula dianggap tidak lengkap, apabila tidak dikembangkan dan hanya kalimat itu saja yang berulang-ulang. Dan jika kondisi ini terjadi maka pembaca akan dibuat bertanya-tanya tentang kelanjutan informasi yang akan disampaikan (Akhadiah, 1998 : 152).
4.  Adanya Konsistensi Sudut Pandang
“Sudut pandang atau cara penulis menempatkan diri di dalam tulisannya harus konsisten, termasuk dalam pelibatan pembaca. Kalau ia mewakili dirinya dengan menggunakan kata penulis, pemeriksa, atau peneliti, kata itu hendaknya tetap digunakan secara konsisten sampai akhir tulisannya. Sebaliknya, kalau penulis menggunakan kataa kita-dengan maksud melibatkan pembaca dalam tulisannya-kata itu pun sebaiknya digunakan secara konsisten sampai pada akhir tulisannya. Begitu pula, untuk menjaga keobjektifan-kalau penulis tidak ingin menampilkan dirinya dalam tulisan-bentuk pasif dapat digunakan secara konsisten sampai dengan selesai”. (Anshari dkk, 2011 : 64)

5.  Adanya Keruntutan Penyajian
Kriteria terakhir dalam penyusunan paragraf yang baik ialah keruntutan penyajian. Informasi atau isi di dalam paragraf sebaiknya diinformasikan secara teratur atau berurut dalam pola urutan yang mudah dipahami oleh pembaca. Dalam hal ini terdapat beberapa model urutan penyajian informasi dalam paragraf antara lain, adalah model urutan waktu (kronologis), urutan tempat, urutan umum-khusus, urutan khusu-umum, dan sebagainya (Anshari dkk, 2013 : 64).




C.    Teknik Pengembangan Paragraf
Setelah mengetahui dan memahami tata cara penyusunan atau penulisan paragraf yang baik maka diharapkan supaya dalam penulisan  sebuah karangan tidak akan mendapat hambatan lagi. Akan tetapi dalam pengembangan paragraf hendaknya memerhatikan teknik yang digunakan agar tujuan untuk menghasilkan karya yang luar biasa dapat tercapai. Cara, teknik, atau metode yang digunakan dalam pengembangan sebuah paragraf itu umumnya bergantung pada wawasan dan pengalaman penulis dan juga materi yang ditulis itu sendiri. Ada beberapa cara (teknik) yang dapat dilakukan dalam mengembangkan sebuah paragraf, yaitu:
1.  Secara alamiah
2.  Klimaks dan Antiklimaks
3.  Umum-Khusus atau
4.  Khusus-Umum (Akhadiah, 1998 : 159).
1)  Secara Alamiah
Pengembangan secara alamiah yang dimaksud dalam hal ini adalah penulis sekadar menggunakan susunan yang sudah ada pada objek atau kejadian yang dibicarakan. Susunan ini mengenal dua macam urutan: a) urutan ruang ( spasial ) yang membawa pembaca dari suatu titik ke titik berikutnya dalam sebuah ruang. Misalnya gambaran dari luar ke dalam, dari depan ke belakang, dari kanan ke kiri, dari atas ke bawah, dan sebagainya. b) urutan waktu ( kronologis ) yang menggambarkan urutan terjadinya peristiwa, perbuatan, atau tindakan (Akhadiah, 1998 : 159-160).
2)  Klimaks dan Antiklimaks
Ide pokok pertama-tama didetailkan dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap paling rendah kedudukannya. Kemudian berangsur-angsur dengan gagasan lain hingga ke gagasan yang paling tinggi kepentingannya atau kedudukannya (Akhadiah, 1998 : 160).
Contoh 1
Bentuk traktor mengalami perkembangan dari zaman ke zaman sesuai dengan kemajuan teknologi yang dicapai umat manusia. Pada waktu mesin uap baru jaya-jayanya, ada traktor yang dijalankan dengan mesin uap. Pada waktu tank menjadi pusat perhatian orang, traktor pun ikut-ikutan diberi model seperti tank. Keturunan traktor  model tank ini sampai sekarang masih dipergunakan orang, yaitu traktor yang memakai roda rantai. Traktor semacam ini adalah hasil dari perusahaan Carterpillar. Di samping Carterpillar, Ford pun tidak ketinggalan dalam pembuatan traktor dan alat-alat pertanian lainnya. Jepang pun tidak kalah saing dalam bidang ini. Produksi Jepang yang khas di Indonesia terkenal dengan padi traktor yang bentuknya sudah mengalami perubahan dari model-model sebelumnya”. (Akhadiah, 1998 : 160)
Pikiran utama paragraf di atas adalah: bentuk traktor mengalami perkembangan dari zaman ke zaman.
Pikiran utama ini kemudian diperinci dengan:
Ø Traktor yang dijalankan dengan uap;
Ø Traktor memakai roda rantai;
Ø Traktor buatan Ford;
Ø Traktor buatan Jepang.
“Variasi dari klimaks ialah antiklimaks. Penulis mulai dari gagasan yang paling tinggi kedudukannya, kemudian perlahan-lahan menurun melalui gagasan-gagasan yang lebih rendah” (Akhadiah, 1998 : 161)
3)  Umum Khusus – Khusus umum
Teknik ini paling sering digunakan dalam pengembangan paragraf, baik dari umum ke khusus atau sebaliknya dari khusus ke umum. Gagasan utama atau ide pokok berada pada awal paragraf disebut dengan bentuk umum ke khusus, kemudian diikuti gagasan penjelas. Sebaliknya gagasan utama atau ide pokok berada pada akhir paragraf namun diawali dengan kalimat penjelas atau perincian disebut bentuk khusus ke umum (Akhadiah, 1998 : 161 ).
Contoh 2
“Salah satu kedudukan bahasa Indonesia adalah bahasa nasional. Kedudukan ini dimiliki sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Kedudukan ini dimungkinkan oleh kenyataan bahasa Melayu yang mendasari bahasa Indonesia telah menjadi lingua franca selama berabad-abad di seluruh tanah air kita. Hal ini ditunjang lagi oleh faktor tidak terjadinya “persaingan bahasa”, maksudnya persaingan bahasa daerah yang satu dengan bahasa daerah yang lain untuk mencapai kedudukannya sebagai bahasa nasional”. (Akhadiah, 1998 : 161 )
Contoh 3
“Dokumen-dokumen dan keputusan-keputusan serta surat-menyurat yang dikeluarkan pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya, ditulis dalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato terutama pidato kenegaraan, ditulis dan diucapkan di dalam bahasa Indonesia. Hanya dalam keadaan tertentu, demi kepentingan komunikasi antarbangsa kadang-kadang pidato resmi ditulis dan diucapkan dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Demikian juga pemakaian bahasa Indonesia oleh masyarakat dalam upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan. Dengan kata lain, komunikasi timbale balik antarpemerintah dan masyarakat berlangsung dengan menggunakan bahasa Indonesia”. (Akhadiah, 1998 : 161)
“Contoh paragraf 2, generalisasi terletak pada awal paragraf, kemudian diikuti perincian-perincian . Kalimat topik yang mengandung gagasan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, dijeaskan dengan kalimat-kalimat berikutnya.
Dalam contoh paragraf 3, gagasan pokok atau kalimat topik terdapat pada akhir paragraf. Perincian tentang fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi timbal balik antara pemerintah dengan masyarakat, sudah dikemukakan dari awal paragraf. Jadi, dimulai dengan gagasan-gagasan penunjang, kemudian ditutup dengan kalimat pokok ( khusus umum )”. (Akhadiah, 1998 : 161)
Selain teknik yang telah dikemukakan sebelumnya dalam pengembangan suatu paragraf. Bentuk paragraf juga ditentukan oleh fungsi paragraf tersebut dalam suatu karangan. Paragraf memiliki fungsi yang berbeda-beda. Ada yang berfungsi untuk menjelaskan, membandingkan, mempertentangkan, menggambarkan, atau memperdebatkan. Paragraf yang seperti ini biasanya mengandung satu kalimat utama dan didukung oleh perincian-perinciannya ( Akhadiah, 1998 : 161-162).
1). Perbandingan dan Pertentangan
Bentuk paragraf ini ditentukan oleh perbandingan atau pertentangan dua unsur yang tingkatnya sama dan mengandung persamaan dan perbedaan (Arsjad, 1998 : 162).
“Misalnya tentang wanita Inggris yang memegang kekuasaan tertinggi di negerinya dewasa ini, antara kedua pemain bulu tangkis terkenal, Rudy Hartono dan Liem Swie King. Dapat juga dibandingkan misalnya antara Jurusan Bahasa Indonesia FPBS IKIP Jakarta dengan Jurusan Bahasa Indonesia Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Banyak hal yang dapat dibandingkan dan dipertentangkan”. (Akhadiah, 1998 : 162)
2). Analogi
Salah satu dari bentuk perbandingan ialah analogi. Analogi merupakan suatu bentuk perbandingan dengan memerhatikan dua hal yang berbeda kemudian disamakan. Berlandaskan pada definisi, maka pengembangan paragraf dengan analogi merupakan teknik pengembangan paragraf yang dilakukan dengan cara membandingkan dua hal yang berbeda untuk memperjelas kalimat topik atau gagasan utama yang akan diungkapkan (Anshari dkk, 2011 : 66).
Salah satu fungsi dari analogi ialah digunakan untuk membandingkan sesuatu yang sudah dikenal umum dengan yang belum atau kurang dikenal umum. Gunanya untuk memperjelas yang kurang dikenal tersebut (Anshari dkk, 2011: 67).
Contoh 4
“ Fisafat dapat diibaratkan sebagai pasukan marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infantri. Pasukan infantri  ini diibaratkan sebagai ilmu pengetahuan yang diantaranya terdapat ilmu. Filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu ilmulah yang membelah gunung dan merambat hutan, menyempurnakan kemenangan ini menjadi pengetahuan yang dapat diandalkan. Filsafat menyerahkan daerah yang sudah dimenangkan itu kepada pengetahuan-pengetahuan lainnya. Setelah penyerahan dilakukan, maka filsafat pun pergi kembali menjelajah laut lepas, berspekulasi dan meneratas”. (Akhadiah, 1998 : 163)
Dalam paragraf di atas, filsafat diibaratkan sebagai pasukan marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infantri. Dijelaskan apa fungsi filsafat, dan pasukan ini diumpamakan sebagai ilmu pengetahuan. Dengan perumpaman ini kita dapat melihat kedudukan filsafat dan ilmu.
3). Contoh-contoh
Teknik pengembangan paragraf yang satu ini ialah teknik pengembangan paragraf yang dibentuk dengan pengembangan dengan memberikan beberapa contoh sebagai pengembang gagasan utama yang dikemukakan (Anshari dkk, 2011 : 67).
Contoh 5
“Dalam rangka mengejar ketinggalan desa baik dalam bidang pembangunan ataupun dalam bidang pengetahuan, berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah. ABRI masuk desa (AMD) sudah kita kenal. Hasilnya pun lumayan, misalnya perbaikan jalan, pembangunan jembatan, pemugaran kampong. Contoh lain KKN dilaksanakan oleh mahasiswa. Hasil-hasil yang positif telah pula dinikmati oleh desa yang bersangkutan, misalnya: peningkatan pengetahuanmasyarakat, pemberantasan buta aksara, perbaikan dalam bidang kesehatan dan gizi, dan lain-lain. Akhir-akhir ini surat kabar juga diusahakan masuk desa, walaupun hasilnya masih belum kelihatan. Barangkali perlu pula dipikirkan selanjutnya, misalnya bahasa nasional (bahasa Indonesia) masuk desa”. (Akhadiah, 1998 : 163)
Kalimat penjelas ide pokok yang mengandung gagasan tentang usaha pemerintah dalam mengejar ketinggalan desa, dijelaskan dengan beberapa contoh, yaitu ABRI masuk desa, mahasiswa ber-KKN, koran masuk desa, dan kemungkinan yang lain. Anda dapat melihat generalisasi yang terlalu umum pada awal paragraf, dijelaskan dengan contoh-contoh dalam kalimat-kalimat penunjang.
4). Definisi Luas
Selain memberikan beberapa contoh sebagai teknik pengembangan paragraf. Paragraf juga dapat dibentuk dengan memberikan beberapa pengertian atau definisi terhadap masalah yang dikemukakan (Anshari dkk, 2011 : 66).
Contoh 6
“Pompa hidran ( hydraulicran ) ialah sejenis pompa yang dapat bekerja secara kontinu tanpa menggunakan bahan bakar atau energy tambahan dari luar. Pompa ini bekerja dengan memanfaatkan tenaga aliran air yang berasal dari sumber air, dan mengalirkan sebagian air tersebut ke tempat yang lebih tinggi. Bagian utama sistem pompa ini ialah pipa pemasukan, katub limbah, katub pengantar, katub udara, ruang udara, dan pipa pengeluaran. Pada dasarnya air dapat dipompakan karena adanya perubahan energy kinetis air jatuh, yang menimbulkan tenaga yang cukup tinggi dalam ruang udara, sehingga sanggup mengangkat dan mengalirkan air ke tempat yang lebih tinggi permukaannya. Desain katub limbah dan katub pemasukan dibuat sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi bergantian”. (Akhadiah, 1998 : 164)
Paragraf yang dikemukakan di atas berusaha menjelaskan apa yang dimaksud dengan pompa hidran, bagaimana cara bekerjanya, dan bagian-bagian yang membangun pompa tersebut. Dengan penjelasan ini, diharapkan pembaca mempunyai pengertian tentang pompa hidran.
5).Klasifikasi
Metode klasifikasi yang dimaksud ini adalah teknik pengembangan paragraf dengan mengelompokkan hal-hal yang akan dibahas. Dengan metode ini diharapkan pembaca dapat lebih mudah menangkap berita atau informasi yang dikemukakan. (Anshari dkk, 2011 : 65)
Contoh 7
“Dalam karang-mengarang atau tulis-menulis, dituntut beberapa kemampuan antara lain kemampuan yang berhubungan dengan kebahasaan dan kemampuan pengembangan atau penyajian. Yang termasuk kemampuan kebahasaan ialah kemampuan menerapkan ejaan, pungtuasi, kosa kata, diksi, dan kalimat. Sedangkan yang dimaksud dengan  kemampuan pengembangan ialah kemampuan menata paragraf, kemampuan membedakan pokok bahasan, subpokok bahasan, dan kemampuan membagi pokok bahasan dalam urutan yang sistematis”. (Akhadiah, 1998 : 165)
Dalam paragraf di atas, kemampuan yang dianjurkan dalam tulis-menulis dikelompokkan menjadi dua bagian. Kemudian tiap bagian diperinci lagi.
BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa paragraf merupakan rangkaian beberapa kalimat yang mengandung satu kesatuan gagasan.
Dalam penulisan bahan ajar, paragraf dapat dikategorikan sebagai paragraf yang baik jika memenuhi lima kriteria. Kelima kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1.  Kesatuan gagasan;
2.  Kepaduan atau Korehensi antarkalimat;
3.  Kelengkapan;
4.  Adanya konsistensi sudut pandang; dan
5.  Adanya keruntutan penyajian.
Dalam penulisan bahan ajar paragraf dapat dikembangkan dengan berbagai cara. Cara atau teknik yang digunakan dalam pengembangan paragraf itu umumnya bergantung pada keluasan pandangan atau pengalaman penulis dan juga materi yang ditulis itu sendiri. Meskipun demikian, beberapa cara dapat digunakan untuk mengembangkan paragraf. Cara-cara yang dimaksud , antara lain, adalah 1) secara alamiah, 2) klimaks dan antiklimaks, 3) umum-khusus, dan 4) khusus-umum.
Bentuk paragraf juga ditentukan oleh fungsi paragraf tersebut dalam satu karangan. Ada paragraf yang berfungsi untuk menjelaskan, membandingkan, mempertentangkan, menggambarkan, atau memperdebatkan. Biasanya paragraf yang demikian mengandung satu kalimat topik dan didukung oleh detail-detailnya.
B.    SARAN
Dari pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka penulis dapat menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
1.      Diharapkan sebelum menulis sebuah karya tulis agar memahami tata cara penyusunan paragraf yang baik.
2.    Diharapkan sebelum mengembangkan sebuah paragraf agar terlebih dahulu memahami metode atau teknik pengembangan paragraf yang baik.






DAFTAR PUSTAKA
Anshari, Abdullah Dola, Ahyar Anwar, Akmal Hamsa, Salam, Juanda, Ramly, Mayong Maman, Azis, Nensilianti, Idawati, Helena, Nurwaty Syam, Asia, Suarni Syamsaguni, Muhammad Rapi, Achmad Tolla, Muhammad, Johar Amir, Sulastriningsih, Wardihan, Syamsudduha, Kembong Daeng, Enung Maria, Taufik, Usman, Bachtiar Syamsuddin, Andi Fatimah Yunus, Hajrah, dan Faisal. 2011. “Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Bahasa Indonesia”. Makassar: Badan Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makassar.
Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, Sakura H. Ridwan. 1998. “Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia”. Jakarta: Erlangga.
Munir K, Abdul. 2008. “Kemampuan Membaca”. Makassar: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Said D.M, M. Ide. 2011. “Bunga Rampai Pengajaran Bahasa”. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.