BAHASA INDONESIA
TAT CARA PENYUSUNAN DAN PENGEMBANGAN
PARAGRAF YANG BAIK
OLEH:
WAHYUDIN HARIS (1211041003)
WAIZ AL
QARNI (1211042001)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR
Asslamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur senantiasa selalu penulis panjatkan
kehadirat Allah Swt., Karena atas limpahan rahmat, nikmat dan hidayah-Nyalah
maka makalah ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Selawat dan salam
kita haturkan kepada Muhammad Shallahu
Alaihi wa Sallam insan kamil sosok sempurna di muka bumi yang membimbing
kita kearah yang lebih baik dari sebelumnya.
Makalah ini disusun untuk diajukan sebagai
tugas Mata Kuliah Umum Bahasa Indonesia yang membahas mengenai Tata Cara
Penyusunan dan Pengembangan Paragraf yang Baik.
Semoga makalah sederhana ini mampu mewadahi
beberapa manfaat sesuai tujuan penyusunannya. Salah satunya yaitu mampu
memperdalam pengetahuan dan menambah wawasan penyaji dan pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca
Makassar, 29 Mei 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................ i
Kata Pengantar........................................................................................ ii
Daftar Isi.................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................ 2
BAB II Pembahasan
A. Pengertian Paragraf ........................................................ 3
B. Tata Cara Penyusunan Paragraf................................... 4
C. Teknik Pengembangan Paragraf................................... 7
BAB III Penutup
A. Kesimpulan........................................................................ 14
B. Saran................................................................................... 15
Daftar Pustaka ........................................................................................ 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemampuan
berbahasa erat kaitannya dengan kemampuan bernalar. Bahasa seseorang
mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seeorang bernalar, semakin cerah dan
jelas jalan pikirannya. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang
intensif dan bimbingan yang sistematis.
Demikian juga halnya dengan kemampuan menulis. Kemampuan menulis bukanlah
kemampuan yang diwariskan secara turun-temurun, tetapi merupakan hasil proses
belajar-mengajar dan ketekunan berlatih. Kemampuan ini berhubungan erat dengan
kemampuan membaca. Penulis yang baik biasanya juga pembaca yang baik.
Kemampuan menerapkan
Ejaan Yang Disempurnakan, memilih kata yang tepat membuat kalimat efektif,
belum sepenuhnya menjamin seseorang mampu menulis. Dalam menuangkan gagasan
atau pikiran, kita dituntut mampu menghubungkan kalimat dengan kalimat dalam
satu kesatuan yang padu. Hubungan itu menyatakan kesatuan yang diikat oleh stuktur
bahasa dan kesatuan yang logis. Dalam tulis menulis atau karang-mengarang,
ikatan ini dilahirkan dalam bentuk paragraf.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
penulis dapat merumuskan permasalahan dalam makalah ini, yaitu:
1. Apakah
pengertian dari paragraf?
2. Bagaimana
tata cara penyusunan paragraf yang baik?
3. Bagaimana
teknik pengembangan paragraf yang baik?
C. Tujuan
Penulisan
Berdasarkan masalah yang dirumuskan di atas, maka
penulis dapat menuliskan tujuan makalah ini, yaitu:
1.
Untuk mengetahui
pengertian dari paragraf.
2.
Untuk mengetahui
cara menyusun atau menulis paragraf dengan baik.
3.
Untuk mengetahui cara
mengembangkan suatu paragraf dengan baik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Paragraf
Paragraf merupakan perpaduan beberapa
kalimat yang memiliki satu kesatuan ide pokok (Anshari dkk, 2011 : 62).
Paragraf merupakan konsep dasar dalam
penulisan sebuah karangan. Dalam sebuah paragraf terdapat sebuah ide pokok yang
didukung oleh seluruh kalimat dalam paragraf tersebut. Mulai dari kalimat
pengenal, kalimat utama, kalimat penjelas sampai kalimat penutup. Keseluruhan kalimat ini saling berkaitan satu sama lain
dalam membentuk sebuah karangan dengan sebuah gagasan (Akhadiah, 1998 : 144).
Definisi lain tentang paragraf ialah unit terkecil dalam penyusunan
sebuah karangan. Sebagai unit terkecil, paragraf memiliki suatu gagasan utama. Gagasan
utama inilah yang disusun oleh kalimat-kalimat yang membentuk paragraf itu (Munir
K, 2008 : 86).
Pengertian sebuah paragraf juga dapat ditinjau dari dua sisi, yakni isi
dan struktur. Ditinjau dari isi, paragraf merupakan suatu kalimat tentang suatu
gagasan utama yang disusun secara detail dan merupakan satu kesatuan. Ditinjau dari sisi struktur,
paragraf merupakan gabungan beberapa kalimat yang saling berhubungan dan diatur
menurut kronologisnya (Said D.M, 2011 : 55).
B.
Tata Cara Penyusunan Paragraf
Sebelum mengembangkan sebuah paragraf menjadi sebuah karangan yang baik,
terlebih dahulu harus mengetahui dan memerhatikan tata cara atau teknik
penyusunan paragraf yang baik. Adapun tata cara yang dimaksud ialah:
1. Kesatuan
Sebuah paragraf dikategorikan sebagai paragraf yang baik apabila memenuhi
syarat kesatuan ini. Maksudnya tiap paragraf hanya memiliki satu ide pokok atau
gagasan utama, yang diikuti oleh gagasan penjelas atau pengembang. Fungsi
paragraf ialah mengembangkan ide pokok atau topik tersebut. Oleh karena itu,
dalam penyusunannya tidak boleh terdapat hal-hal yang sama sekali tidak
berkaitan dengan ide pokok tersebut. Jadi, sebuah paragraf hanya dapat memiliki
satu ide pokok. Setiap kalimat dalam paragraf tersebut harus ada kaitannya
dengan ide pokok tersebut (Akhadiah, 1998 : 148).
Sebuah paragraf dikatakan memiliki kesatuan, apabila kalimat-kalimat
dalam paragraf tersebut tidak melenceng atau keluar pada gagasan utama atau selalu
relevan dengan topik (Akhadiah, 1998 : 148).
2. Kepaduan atau
Korehensi
Kriteria kedua yang harus dimiliki oleh sebuah paragraf ialah korehensi
atau kepaduan. Sebuah paragraf bukanlah merupakan gabungan kalimat yang
berdiri sendiri atau terlepas, tetapi dibentuk oleh kalimat-kalimat yang
memiliki kaitan yang erat atau timbal-balik. Kepaduan dapat tercapai jika
jalinan kalimat-kalimatnya terangkai dengan rapi dan sistematis. Sehingga
pembaca dengan mudah mengerti dan selaras dengan jalan pikiran penulis tanpa
ada masalah atau rintangan karena adanya suatu hal yang membingungkan. Jadi,
kepaduan atau korehensi dititik beratkan atau berfokus pada hubungan antara
kalimat dengan kalimat (Akhadiah, 1998 : 150).
Kepaduan dalam sebuah paragraf dibentuk dengan memperhatikan:
1) Unsur
kebahasaan yang digambarkan dengan:
a.
Pengulangan kata kunci
b.
Kata ganti
c.
Kata transisi dan
d.
Paralelisme.
2) Pemerincian dan
urutan isi paragraf ( Akhadiah, 1998 : 150).
3. Kelengkapan
Kriteria
selanjutnya dalam penyusunan sebuah paragraf yang baik adalah memerhatikan
kelengkapan kalimat. Sebuah paragraf dianggap lengkap, apabila mengandung
kalimat-kalimat pengembang yang cukup untuk memperjelasan kedudukan kalimat
utama. Akan tetapi sebuah paragraf dapat pula dianggap tidak lengkap, apabila
tidak dikembangkan dan hanya kalimat itu saja yang berulang-ulang. Dan jika
kondisi ini terjadi maka pembaca akan dibuat bertanya-tanya tentang kelanjutan
informasi yang akan disampaikan (Akhadiah, 1998 : 152).
4. Adanya
Konsistensi Sudut Pandang
“Sudut pandang atau
cara penulis menempatkan diri di dalam tulisannya harus konsisten, termasuk
dalam pelibatan pembaca. Kalau ia mewakili dirinya dengan menggunakan kata penulis,
pemeriksa, atau peneliti, kata itu hendaknya tetap digunakan
secara konsisten sampai akhir tulisannya. Sebaliknya, kalau penulis menggunakan
kataa kita-dengan maksud melibatkan pembaca dalam tulisannya-kata itu pun
sebaiknya digunakan secara konsisten sampai pada akhir tulisannya. Begitu pula,
untuk menjaga keobjektifan-kalau penulis tidak ingin menampilkan dirinya dalam
tulisan-bentuk pasif dapat digunakan secara konsisten sampai dengan selesai”.
(Anshari dkk, 2011 : 64)
5. Adanya
Keruntutan Penyajian
Kriteria
terakhir dalam penyusunan paragraf yang baik ialah keruntutan penyajian.
Informasi atau isi di dalam paragraf sebaiknya diinformasikan secara teratur
atau berurut dalam pola urutan yang mudah dipahami oleh pembaca. Dalam hal ini
terdapat beberapa model urutan penyajian informasi dalam paragraf antara lain,
adalah model urutan waktu (kronologis), urutan tempat, urutan umum-khusus,
urutan khusu-umum, dan sebagainya (Anshari dkk, 2013 : 64).
C.
Teknik Pengembangan Paragraf
Setelah
mengetahui dan memahami tata cara penyusunan atau penulisan paragraf yang baik
maka diharapkan supaya dalam penulisan
sebuah karangan tidak akan mendapat hambatan lagi. Akan tetapi dalam
pengembangan paragraf hendaknya memerhatikan teknik yang digunakan agar tujuan
untuk menghasilkan karya yang luar biasa dapat tercapai. Cara, teknik, atau
metode yang digunakan dalam pengembangan sebuah paragraf itu umumnya bergantung
pada wawasan dan pengalaman penulis dan juga materi yang ditulis itu sendiri.
Ada beberapa cara (teknik) yang dapat dilakukan dalam mengembangkan sebuah
paragraf, yaitu:
1. Secara alamiah
2. Klimaks dan
Antiklimaks
3. Umum-Khusus
atau
4. Khusus-Umum (Akhadiah,
1998 : 159).
1) Secara Alamiah
Pengembangan
secara alamiah yang dimaksud dalam hal ini adalah penulis sekadar menggunakan
susunan yang sudah ada pada objek atau kejadian yang dibicarakan. Susunan ini
mengenal dua macam urutan: a) urutan ruang ( spasial ) yang membawa pembaca
dari suatu titik ke titik berikutnya dalam sebuah ruang. Misalnya gambaran dari
luar ke dalam, dari depan ke belakang, dari kanan ke kiri, dari atas ke bawah,
dan sebagainya. b) urutan waktu ( kronologis ) yang menggambarkan urutan
terjadinya peristiwa, perbuatan, atau tindakan (Akhadiah, 1998 : 159-160).
2) Klimaks dan
Antiklimaks
Ide pokok
pertama-tama didetailkan dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap paling
rendah kedudukannya. Kemudian berangsur-angsur dengan gagasan lain hingga ke
gagasan yang paling tinggi kepentingannya atau kedudukannya (Akhadiah, 1998 :
160).
Contoh 1
“Bentuk traktor mengalami perkembangan dari zaman ke zaman sesuai dengan
kemajuan teknologi yang dicapai umat manusia. Pada waktu mesin uap baru
jaya-jayanya, ada traktor yang dijalankan dengan mesin uap. Pada waktu
tank menjadi pusat perhatian orang, traktor pun ikut-ikutan diberi model
seperti tank. Keturunan traktor
model tank ini sampai sekarang masih dipergunakan orang, yaitu traktor
yang memakai roda rantai. Traktor semacam ini adalah hasil dari perusahaan
Carterpillar. Di samping Carterpillar, Ford pun tidak ketinggalan dalam
pembuatan traktor dan alat-alat pertanian lainnya. Jepang pun tidak kalah saing
dalam bidang ini. Produksi Jepang yang khas di Indonesia terkenal dengan padi
traktor yang bentuknya sudah mengalami perubahan dari model-model
sebelumnya”. (Akhadiah, 1998 : 160)
Pikiran utama paragraf di atas adalah: bentuk traktor mengalami
perkembangan dari zaman ke zaman.
Pikiran utama ini kemudian diperinci dengan:
Ø Traktor yang
dijalankan dengan uap;
Ø Traktor memakai roda
rantai;
Ø Traktor buatan Ford;
Ø Traktor buatan
Jepang.
“Variasi dari klimaks ialah antiklimaks. Penulis mulai dari gagasan yang
paling tinggi kedudukannya, kemudian perlahan-lahan menurun melalui
gagasan-gagasan yang lebih rendah” (Akhadiah, 1998 : 161)
3) Umum Khusus –
Khusus umum
Teknik ini paling sering digunakan dalam
pengembangan paragraf, baik dari umum ke khusus atau sebaliknya dari khusus ke
umum. Gagasan utama atau ide pokok berada pada awal paragraf disebut dengan
bentuk umum ke khusus, kemudian diikuti gagasan penjelas. Sebaliknya gagasan
utama atau ide pokok berada pada akhir paragraf namun diawali dengan kalimat
penjelas atau perincian disebut bentuk khusus ke umum (Akhadiah, 1998 : 161 ).
Contoh 2
“Salah satu kedudukan bahasa Indonesia adalah bahasa nasional. Kedudukan
ini dimiliki sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Kedudukan ini dimungkinkan oleh kenyataan bahasa Melayu yang mendasari bahasa
Indonesia telah menjadi lingua franca selama berabad-abad di seluruh
tanah air kita. Hal ini ditunjang lagi oleh faktor tidak terjadinya “persaingan
bahasa”, maksudnya persaingan bahasa daerah yang satu dengan bahasa daerah yang
lain untuk mencapai kedudukannya sebagai bahasa nasional”. (Akhadiah, 1998 :
161 )
Contoh 3
“Dokumen-dokumen dan keputusan-keputusan serta surat-menyurat yang
dikeluarkan pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya, ditulis dalam bahasa
Indonesia. Pidato-pidato terutama pidato kenegaraan, ditulis dan diucapkan di
dalam bahasa Indonesia. Hanya dalam keadaan tertentu, demi kepentingan
komunikasi antarbangsa kadang-kadang pidato resmi ditulis dan diucapkan dalam
bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Demikian juga pemakaian bahasa Indonesia
oleh masyarakat dalam upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan. Dengan
kata lain, komunikasi timbale balik antarpemerintah dan masyarakat berlangsung
dengan menggunakan bahasa Indonesia”. (Akhadiah, 1998 : 161)
“Contoh paragraf 2, generalisasi terletak pada awal paragraf, kemudian
diikuti perincian-perincian . Kalimat topik yang mengandung gagasan kedudukan
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, dijeaskan dengan kalimat-kalimat
berikutnya.
Dalam contoh paragraf 3, gagasan pokok atau kalimat topik terdapat pada
akhir paragraf. Perincian tentang fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana
komunikasi timbal balik antara pemerintah dengan masyarakat, sudah dikemukakan
dari awal paragraf. Jadi, dimulai dengan gagasan-gagasan penunjang, kemudian
ditutup dengan kalimat pokok ( khusus umum )”. (Akhadiah, 1998 : 161)
Selain teknik yang telah dikemukakan
sebelumnya dalam pengembangan suatu paragraf. Bentuk paragraf juga ditentukan
oleh fungsi paragraf tersebut dalam suatu karangan. Paragraf memiliki fungsi
yang berbeda-beda. Ada yang berfungsi untuk menjelaskan, membandingkan,
mempertentangkan, menggambarkan, atau memperdebatkan. Paragraf yang seperti ini
biasanya mengandung satu kalimat utama dan didukung oleh perincian-perinciannya
( Akhadiah, 1998 : 161-162).
1). Perbandingan dan Pertentangan
Bentuk paragraf ini ditentukan oleh perbandingan atau pertentangan dua
unsur yang tingkatnya sama dan mengandung persamaan dan perbedaan (Arsjad, 1998
: 162).
“Misalnya tentang wanita Inggris yang memegang kekuasaan tertinggi di
negerinya dewasa ini, antara kedua pemain bulu tangkis terkenal, Rudy Hartono
dan Liem Swie King. Dapat juga dibandingkan misalnya antara Jurusan Bahasa
Indonesia FPBS IKIP Jakarta dengan Jurusan Bahasa Indonesia Fakultas Sastra
Universitas Indonesia. Banyak hal yang dapat dibandingkan dan dipertentangkan”.
(Akhadiah, 1998 : 162)
2). Analogi
Salah satu dari
bentuk perbandingan ialah analogi. Analogi merupakan suatu bentuk perbandingan
dengan memerhatikan dua hal yang berbeda kemudian disamakan. Berlandaskan pada
definisi, maka pengembangan paragraf dengan analogi merupakan teknik
pengembangan paragraf yang dilakukan dengan cara membandingkan dua hal yang berbeda
untuk memperjelas kalimat topik atau gagasan utama yang akan diungkapkan (Anshari
dkk, 2011 : 66).
Salah satu fungsi dari analogi ialah
digunakan untuk membandingkan sesuatu yang sudah dikenal umum dengan yang belum
atau kurang dikenal umum. Gunanya untuk memperjelas yang kurang dikenal
tersebut (Anshari dkk, 2011: 67).
Contoh 4
“ Fisafat dapat diibaratkan sebagai pasukan marinir yang merebut pantai
untuk pendaratan pasukan infantri. Pasukan infantri ini diibaratkan sebagai ilmu pengetahuan yang
diantaranya terdapat ilmu. Filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak bagi
kegiatan keilmuan. Setelah itu ilmulah yang membelah gunung dan merambat hutan,
menyempurnakan kemenangan ini menjadi pengetahuan yang dapat diandalkan.
Filsafat menyerahkan daerah yang sudah dimenangkan itu kepada
pengetahuan-pengetahuan lainnya. Setelah penyerahan dilakukan, maka filsafat
pun pergi kembali menjelajah laut lepas, berspekulasi dan meneratas”. (Akhadiah,
1998 : 163)
Dalam paragraf di atas, filsafat diibaratkan sebagai pasukan marinir yang
merebut pantai untuk pendaratan pasukan infantri. Dijelaskan apa fungsi
filsafat, dan pasukan ini diumpamakan sebagai ilmu pengetahuan. Dengan
perumpaman ini kita dapat melihat kedudukan filsafat dan ilmu.
3). Contoh-contoh
Teknik pengembangan paragraf yang satu
ini ialah teknik pengembangan paragraf yang dibentuk dengan pengembangan dengan
memberikan beberapa contoh sebagai pengembang gagasan utama yang dikemukakan
(Anshari dkk, 2011 : 67).
Contoh 5
“Dalam rangka mengejar ketinggalan desa baik dalam bidang pembangunan
ataupun dalam bidang pengetahuan, berbagai usaha telah dilakukan oleh
pemerintah. ABRI masuk desa (AMD) sudah kita kenal. Hasilnya pun lumayan,
misalnya perbaikan jalan, pembangunan jembatan, pemugaran kampong. Contoh lain
KKN dilaksanakan oleh mahasiswa. Hasil-hasil yang positif telah pula dinikmati
oleh desa yang bersangkutan, misalnya: peningkatan pengetahuanmasyarakat,
pemberantasan buta aksara, perbaikan dalam bidang kesehatan dan gizi, dan
lain-lain. Akhir-akhir ini surat kabar juga diusahakan masuk desa, walaupun
hasilnya masih belum kelihatan. Barangkali perlu pula dipikirkan selanjutnya,
misalnya bahasa nasional (bahasa Indonesia) masuk desa”. (Akhadiah, 1998 : 163)
Kalimat penjelas ide pokok yang
mengandung gagasan tentang usaha pemerintah dalam mengejar ketinggalan desa,
dijelaskan dengan beberapa contoh, yaitu ABRI masuk desa, mahasiswa ber-KKN,
koran masuk desa, dan kemungkinan yang lain. Anda dapat melihat generalisasi
yang terlalu umum pada awal paragraf, dijelaskan dengan contoh-contoh dalam
kalimat-kalimat penunjang.
4). Definisi Luas
Selain memberikan beberapa contoh sebagai teknik pengembangan paragraf.
Paragraf juga dapat dibentuk dengan memberikan beberapa pengertian atau
definisi terhadap masalah yang dikemukakan (Anshari dkk, 2011 : 66).
Contoh 6
“Pompa hidran (
hydraulicran ) ialah sejenis pompa yang dapat bekerja secara kontinu tanpa
menggunakan bahan bakar atau energy tambahan dari luar. Pompa ini bekerja
dengan memanfaatkan tenaga aliran air yang berasal dari sumber air, dan
mengalirkan sebagian air tersebut ke tempat yang lebih tinggi. Bagian utama
sistem pompa ini ialah pipa pemasukan, katub limbah, katub pengantar, katub
udara, ruang udara, dan pipa pengeluaran. Pada dasarnya air dapat dipompakan
karena adanya perubahan energy kinetis air jatuh, yang menimbulkan tenaga yang
cukup tinggi dalam ruang udara, sehingga sanggup mengangkat dan mengalirkan air
ke tempat yang lebih tinggi permukaannya. Desain katub limbah dan katub
pemasukan dibuat sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi bergantian”. (Akhadiah,
1998 : 164)
Paragraf yang dikemukakan di atas berusaha menjelaskan apa yang dimaksud
dengan pompa hidran, bagaimana cara bekerjanya, dan bagian-bagian yang
membangun pompa tersebut. Dengan penjelasan ini, diharapkan pembaca mempunyai
pengertian tentang pompa hidran.
5).Klasifikasi
Metode klasifikasi yang dimaksud ini adalah teknik pengembangan paragraf
dengan mengelompokkan hal-hal yang akan dibahas. Dengan metode ini diharapkan
pembaca dapat lebih mudah menangkap berita atau informasi yang dikemukakan. (Anshari
dkk, 2011 : 65)
Contoh 7
“Dalam
karang-mengarang atau tulis-menulis, dituntut beberapa kemampuan antara lain
kemampuan yang berhubungan dengan kebahasaan dan kemampuan pengembangan atau
penyajian. Yang termasuk kemampuan kebahasaan ialah kemampuan menerapkan ejaan,
pungtuasi, kosa kata, diksi, dan kalimat. Sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan pengembangan ialah kemampuan menata
paragraf, kemampuan membedakan pokok bahasan, subpokok bahasan, dan kemampuan
membagi pokok bahasan dalam urutan yang sistematis”. (Akhadiah, 1998 : 165)
Dalam paragraf di atas, kemampuan yang dianjurkan dalam tulis-menulis
dikelompokkan menjadi dua bagian. Kemudian tiap bagian diperinci lagi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang
telah dipaparkan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa paragraf
merupakan rangkaian beberapa kalimat yang mengandung satu kesatuan gagasan.
Dalam penulisan
bahan ajar, paragraf dapat dikategorikan sebagai paragraf yang baik jika
memenuhi lima kriteria. Kelima kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Kesatuan gagasan;
2. Kepaduan atau Korehensi antarkalimat;
3. Kelengkapan;
4. Adanya konsistensi sudut pandang; dan
5. Adanya keruntutan penyajian.
Dalam penulisan
bahan ajar paragraf dapat dikembangkan dengan berbagai cara. Cara atau teknik
yang digunakan dalam pengembangan paragraf itu umumnya bergantung pada keluasan
pandangan atau pengalaman penulis dan juga materi yang ditulis itu sendiri.
Meskipun demikian, beberapa cara dapat digunakan untuk mengembangkan paragraf.
Cara-cara yang dimaksud , antara lain, adalah 1) secara alamiah, 2) klimaks dan
antiklimaks, 3) umum-khusus, dan 4) khusus-umum.
Bentuk paragraf juga ditentukan oleh fungsi paragraf tersebut dalam satu
karangan. Ada paragraf yang berfungsi untuk menjelaskan, membandingkan,
mempertentangkan, menggambarkan, atau memperdebatkan. Biasanya paragraf yang
demikian mengandung satu kalimat topik dan didukung oleh detail-detailnya.
B. SARAN
Dari pembahasan
yang telah dipaparkan di atas, maka penulis dapat menyarankan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Diharapkan sebelum menulis sebuah karya
tulis agar memahami tata cara penyusunan paragraf yang baik.
2. Diharapkan sebelum mengembangkan sebuah paragraf
agar terlebih dahulu memahami metode atau teknik pengembangan paragraf yang
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anshari, Abdullah Dola, Ahyar Anwar, Akmal
Hamsa, Salam, Juanda, Ramly, Mayong Maman, Azis, Nensilianti, Idawati, Helena,
Nurwaty Syam, Asia, Suarni Syamsaguni, Muhammad Rapi, Achmad Tolla, Muhammad,
Johar Amir, Sulastriningsih, Wardihan, Syamsudduha, Kembong Daeng, Enung Maria,
Taufik, Usman, Bachtiar Syamsuddin, Andi Fatimah Yunus, Hajrah, dan Faisal. 2011.
“Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Bahasa Indonesia”. Makassar: Badan
Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas Bahasa dan Sastra
Universitas Negeri Makassar.
Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, Sakura H.
Ridwan. 1998. “Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia”. Jakarta:
Erlangga.
Munir K, Abdul. 2008. “Kemampuan Membaca”.
Makassar: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Said D.M, M. Ide. 2011. “Bunga Rampai Pengajaran Bahasa”.
Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar